Jumat, 17 September 2010

GENERASI DAN PROBLEMATIKA LOKAL HINGGA NASIONAL

“Memang benar… tahta, harta,
Jabatan, karir, cinta dan popularitas
Membuat orang dipuji, dipuja dan disanjung…
Tapi untuk apa semua itu
Jika harus korbankan harga diri…
Sebab hidup tanpa harga diri
Adalah nama lain dari kematian
Dalam kehinaan…”


Zaman yang dijalani disetiap angkatan generasi memiliki peran penting dalam setiap pembentukan mental dan intelektual orang-orang yang bergelut didalamnya. ’’ Setiap generasi memiliki zamannya sendiri ’’. Begitulah ungkapan orang bijak, namun hal fundamental adalah bagaimana setiap generasi sadar dan bertanggung jawab pada zamannya. Angkatan 45 memang harus diakui sebagai generasi yang masih terbaik dari angkatan-angkatan setelahnya.


Krisis kausalitas generasi tentu menjadi perhatian prioritas kita saat ini. Oleh karna masa depan bangsa dan agama ditentukan oleh regenerasi yang disiapkan melanjutkan stapet kepemimpinan baik daerah maupun pusat. Bangsa ataupun Agama. Tetapi persoalan yang muncul adalah… apakah dengan fakta dan kenyataan yang bisa kita saksikan dimana-mana dengan keadaan generasi yang memprihatinkan dalam artian, mayoritas generasi tak terdidik secara baik dan benar. Kini tampak menjadi karakter dan warisan berkepanjangan tanpa pembinaan serius untuk memperbaikinya. Generasi hari ini tumbuh dan berkembang sebagai generasi yang Hedonis, pragmatis, Oportunis dan materialis. Jika pada kenyataan seperti ini kita sandarkan harapan besar untuk maju dimasa depan, akankah harapan itu menjadi kenyataan!!!?

Pemerintahpun tak kunjung memberi pembinaan dan media yang serius. Sekian banyak anak bangsa yang harus menjadi pengembala ternak, buruh bangunan bahkan menjadi TKI/TKW dimana-mana akibat dari himpitan ekonomi keluarga dan kemiskinan social. Apabila generasi-generasi dari tingkat daerah sampai nasional terus menerus terabaikan oleh pemerintah. Maka ini berarti Neraka telah disiapkan menjadi penderitaan permanen bagi rakyat Indonesia.

Kita bisa meriview pemilihan demi pemilihan Bupati, anggota dewan tingkat daerah dan pusat, gubernur dan presiden atau apapun namanya, mereka dating mengumbar janji dalam berbagai bentuknya, memutuskan rantai kemiskinan, pendidikan dan kesehatan gratis yang bermutu. Semua janji itu semuanya adalah untuk kesejahteraan rakyat. Namun faktanya rakyat tetap miskin, terbelakang dan terus mmenerus sengsara dibawah untaian segudang janji yang tak pernah jadi bukti. “ Dan tepatilah janjimu karena janji itu akan diminta pertenggung jawabannya “ begitulah tutur Al-Quran pada mereka yang masih beragama.

Begitu bahayanya tahta, harta, dan jabatan sampai banyak orang yang harus melakukan sesuatu yang ia tahu itu salah dan dosa besar. “ Kekuasaan jauh lebih nikmat dari seks “ begitulah ungkapan Michel Foulchoult maupun Antonio Gramsci. Sampai kekuasaan itu dibangun dengan KKN atau paling tidak disebut Pemerintahan Keluarga.

Di Tulis Oleh : Muh. Nasrun Jamal