Jumat, 17 September 2010

REFLEKSI SEJARAH PERJUANGAN

Air matapun jatuh basahi bumi
Takkan sanggup hapuskan dosa
Takkan sanggup hapuskan sesal
Takkan sanggup hapuskan lara
Penyesalan bisa tak berarti
Karena waktu yang bengis telah pergi
Ingatan melukai hati
Hanya taubat pada Ilahi
Bahagia kembali diraih.

“ Hidup yang tak bermakna
adalah hidup yang tak layak dijalani ”
( SOCRATES )


Sedikit berkaca dan membaca ulang sejarah bangsa kita Indonesia ini, sejak 1908, 1928 samapai 1945 adalah masa paling pahit dan getir bagi bangsa Indonesia.Namun ternyata zaman penjajahan itu telah mendidik dan mampu melahirkan tokoh-tokoh sentral dalam perjuangan membeskan diri dari penindasan,penjajahan portugis,belanda hingga jepang.Kita kenal tokoh nasional-internasional Cokroaminoto,misbach,samaun,Tan malaka, soekarno,mohammad hatta,jenderal soedirman,colonel ahmad yani,syahrir, mohammad natsir dan tokoh-tokoh lainnya tampil menjadi icon dan pioneer perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.Mereka juga bukan tidak punya keluarga sebagai tanggung jawab,bukan tidak bersentuhan dengan pendidikan barat dan bukan putera-puteri yang lahir dari dewa-dewi,mereka juga lahir dari rahim dari manusia biasa tetapi mereka berhasil mengukir dan menorehkan sejarah tak terlupakan bagi bangsa ini dan seluruh rakyat Indonesia.Anehnya saat ini mayoritas tokoh-tokoh bangsa yang muncul bukannya mencontohi para pendahulu kita,tapi seakan dan seolah amat nampak semangat juang itu telah dikubur dalam-dalam lalu mereka sibuk berebut kekuasaan atau bagi-bagi kekuasaan dan kekayaan yang dirampok atas nama pajak rakyat bahkan dengan banyak cara dan tak jarang agama dan rakyatpun dijual demi penuhi nafsu kuasa ekonomi dan politik. 



Virus kuasa ekonomi politik yang semakin tak terkendali di bangsa ini telah mengerbangkan segalanya yang sahulu kita anggap kemuliaan, agama, budaya, kegotongroyongan dan bahkan penipuan massal pun dilakukan lewat media yang dimainkkan oleh penguasa. setiap hari persoalan ini menjadi makanan dan minuman rakyat kita, rekayasa kasus korupsi, rekayasa hukum dan rekayasa social dipertontongkan lewat media dan dimanipulasi seakan kenyataan sesungguhnya pada hal lebih dari desai elit politik dalam komunikasi lobi dan diplomasi politik yang sesungguhnya adalah kenyataan palsu. Maka dari itu tampak sekali tak ada kasus para elit yang benar-benar terselesaikan dengan baik dan benar sebagaimana hokum yang berlaku, karna semua itu pada akhirnya hanya akan kompromi kepentingan dan tak lebih dari topeng-topeng yang menipu, sebab politik bagi penguasa adalah politik untuk kompromi.

Kita bisa melihat kasus G30S PKI, kasus-kasus orde baru agenda reformasi, century bank, Bibit dan Candra, sisminbakum dan kasus besar lainnya tak satu pun kasus selesai secara hukum melainkan berakhir dengan kompromi politik. Orde lama oleh bung karno bersama pemimpinn lainnya adalah pelajaran berharga bagi kita semua, Indonesia adalah bahkan ditakuti oleh blok barat pimpinan Amerika serikat maupun blok timur yang dipelopori Rusia, Cina dan Korut, ini membuktikan betapa kekuatan Indonesia yang terkonsolidasi bersama India, Mesir dan lainnya adalah kekuatan non blok yang aman ditakuti bahkan Indonesia dikenal sebagai salah satu macan dunia. Pada orde baru dibawah pimpinan presiden Soeharto kita masih terhitung sebagai macan Asia.

Bangsa Indonesia bukannya semakin maju tetapi semakin mundur baik di dalam maupun luar negeri. Kita bangsa Indonesia hanya melanggengkan penderitaan rakyat sekaligus bangsa yang dipandang sebelah mata bahkan bangsa serumpung Malaysia saja tdak menghitung kita yang jelas-jelas Negara yang pernah jauh dibawah kita. Sekarang refleksi tentang khazanah historis Indonesia mari kita jadikan pelajaran berharga dan terpenting untuk membangun bangsa ini sekarang, siapapun dan dimanapun.

Di Tulis Oleh : Muh. Nasrun Kamal