Sabtu, 26 Februari 2011

PERGOLAKAN INTEKTUAL-POLITIK KAUM MUDA BANTAENG (SUATU PENGANTAR)

Kaum muda adalah aset yang tak tertakar harganya. Suatu negara yang maju oleh karea keiapannya memberi ruang yang cukup dan dedikasi-apresiasi tinggi terhadapkaum muda, sebab kaum mudalah yang menjadi masa depan adalah setiap proses keberlangsungan perjuangan. Bersaing dalam mempersiapkan sumber daya generasi yang tangguh menjadi prioritas semua bangsa yang sadar betul terhadap ketatnya kompetisi global yang juga sangat mempengaruhi konstalasi nasional-regional dan sampai ketingkat lokal(daerah).
Memahami pentingnya mempersiapkan generasi yang tangguh tak bisa dilepaskan dari kesadaran historis dan aspek - aspek sosial dalam khazanah dan cakrawala intelektual yang melambung melintasi etnis, suku, bangsa, budaya, wilayah, bahkan benua. Harus disadari bahwa pemimpin-pemimpin karbitan yang menempatkan dirinya dalam setiap bagian dan momentum perubahan kepemimpinan hanya akan memperparah dan terus menerus merusak keadaan bangsa yang juga sedang terseok-seok menapaki ketatnya kompetisi dan konstalasi ekonomi politik global beserta ilmu pengetahuan dan teknologi, pribadi generasi tangguh adalah mereka yang terdidik secara intelektual teruji mentalitasnya konsisten dalam bersikap dan memahami sejarah bangsanya.
Bantaeng yang dihuni oleh organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan sebagai organda, baik HPMB, KOSKAR PPB, HPMB-R, dan FMBT yang masing-masing telah, sedang dan akan terus berkarya dan membuktikan eksistensinya sebagai pemasok pemimpin-pemimpin masa depan sedianya dipahami dan ditempatkan sebagai aset daerah yang dengannya masa depan Bantaeng bisa lebih baik dan terhormat. Keberagaman dan perbedaan tak selamanya positif, tapi juga tak selamanya negatif artinya semua ikhtiar sosial yang dilakukan oleh masing-masing organisasi harus tetap medapat ruang kreasi dan apresiasi positif, terlepas ada yang berposisi koalisi dengan pemerintahan ataupun ada yang konsisten, oposisi dalam rangka kritik dan kontrol produktif dan konstruktif.
Yang paling penting adalah bahwa generasi muda tidak dijebak apalagi menjebak dirinya untuk mengambil sikap dan pilihan yang kontra produktifkarena perbedaan posisi dan pilihan, sebab bisa jadi itu menjadi kelemahan yang melumpuhkan kekuatan kaum muda dalam mengusung agenda-agenda perjuangan, menuntut perubahan yang signifikan demi pencapaian Butta Toa yang Berperadaban. Saya percaya kita masih akan berkata “TIDAK PADA KOLUSI, KORUPSI, NEPOTISME DAN KEJAHATAN ELIT LAINNYA”.